Sunday, October 1, 2017

Ingin Menjadi Penulis Sukses? Fokuslah Menulis!

Saya, orang yang tidak fokus. 
Saya menyukai berbagai hal dan ingin menguasai semua hal. Saya suka menggambar, memasak, membuat keterampilan, berbisnis dan banyak lagi selain menulis. Saya tidak pernah melakukan segala sesuatunya dengan bersungguh-sungguh. Konsentrasi dan perhatian saya sangat mudah teralihkan dengan segala sesuatu yang "menarik"menurut pandangan saya.

Suatu ketika, Mamak mengobrol dengan saya setelah kelahiran Rayyan Ar Rasyid, katanya "Kakakmu Uma dan Adikmu Fitri, mereka adalah orang-orang yang fokus, mereka adalah orang yang sangat tekun dengan apa yang mereka kerjakan. Seperti apapun pekerjaan itu, banyak atau sedikit yang mereka peroleh dari jerih payah mereka, seimbang atau tidak antara apa yang telah mereka korbankan dengan apa yang mereka peroleh, mereka tidak pernah mengeluh. Mereka menikmati setiap hal dalam 'kefokusan' mereka tersebut, karena mereka mencintai apa yang mereka kerjakan. Sementara, kamu tidaklah pernah fokus dengan apa yang kamu lakukan."

Saya termenung sejenak mendengar ujaran Mamak. Iya, baru tersadarkan kalau ternyata saya bukanlah orang yang fokus. Fokus terhadap apa yang saya cintai. Padahal setiap mengisi kolom hobi, saya tidak pernah menulis hal lain kecuali 'menulis dan membaca'. Padahal, jujur, berapa banyak buku yang telah saya beli dan tertata rapi di rak buku, bahkan masih banyak yang bersegel, nyaris tak tersentuh. Dalam seminggu belum tentu ada satu buku yang fokus saya baca hingga selesai. Mungkin bahkan satu bulan atau satu tahun. Padahal membaca adalah amunisi menulis. Bagaimana bisa menulis apabila kurang membaca. Jika membaca rutin saja sulit, apalagi mau menulis dengan rutin. Malu rasanya menyebut diri ini sebagai penulis.

Seorang penulis besar pernah menasehati, bahwa untuk menjadi penulis, maka bersungguh-sungguhlah menulis, sediakan waktu 'khusus' untuk melakukan ritual menulis. Karena menulis itu sebuah kerja keras, sebuah kerja yang tidak asal-asalan, dan bukan pekerjaan yang sepele, dia membutuhkan 'alokasi tersendiri' dari waktu yang dimiliki seseorang yang ingin menjadi seorang penulis. 

Ya, saya tidak pernah melakukan itu untuk kegiatan menulis. Saya tidak pernah memperlakukannya dengan demikian spesial. Wajar kalau saya tidak pernah menghasilkan sesuatu yang istimewa dalam tulisan saya. Saya merasa semenjak kelas 3 SD hingga kini usia menginjak 37 tahun, kemampuan menulis yang saya miliki tidak meningkat dengan pesat. Berbeda jauh dengan teman-teman yang kemarin sempat berada di garis start yang sama. Tetapi sekarang, mereka telah menjadi orang-orang yang luar biasa. Iri? Bisa jadi. Tapi, lagi-lagi ajaran dalam agama saya mengatakan, pekerjaan adalah ibadah, sementara rezeki yang didapatkan dari kerja keras itu adalah karunia Tuhan. Jangan iri hanya dengan karunia Tuhan tapi tidak iri dengan ibadah (kerja keras) yang dilakukan orang tersebut. Orang yang bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya dan meniatkannya sebagai ibadah merupakan gambaran orang yang fokus. Karena dia akan melakukan yang terbaik dan ikhlas melakukannya.

Apakah saya sudah cukup fokus menulis
Saya harus bisa menjawabnya dengan jujur.

0 comments:

Post a Comment

 

(c)2009 Mardiana Kappara . Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger