Thursday, June 27, 2013

Menulis: Sederhana dan Ikhlas

Sudah empat hari semenjak tanggal 24 Juni 2013 kuikuti Program Pelatihan Penulisan MASTERA Cerpen. Bertemu dengan sastrawan tanah air maupun negara tetangga. Dari Indonesia; Yanusa Nugroho, Gus Tf. Sakai, dan Nenden Lilis yang selama ini hanya kukenal melalui tulisan di media massa, dari Malaysia: Tuan Syed Mohd Zakir Syed Othman, dari Brunei: Awang Chong Ah Fok, dan dari Singapura: Encik Ishak bin Abdul Latiff. Tokoh-tokoh tersebut membagikan ilmu dan pengalamannya. Sesuatu yang selama ini tidak pernah kubayangkan.

Sebuah proses kreatif akan dialami setiap orang yang menyebut dirinya sebagai penulis. Puncak tertinggi seorang seniman penulis adalah ketika dia mampu menyuguhkan tulisan paling sederhana dari gaya yang telah dianutnya. Sederhana dalam hal ini tentunya sesuatu yang diramu dengan resep yang pas, tidak berlebihan dan bersifat optimal dengan gaya penulisan yang tentunya tidak berlebihan.

Sementara pesan dari Nenden Lilis yang menohok hatiku. Bahwa keikhlasan itu perlu dalam menulis, karena perasaan itu akan mudah dirasakan pembaca.

Dengan keikhlasan, karya tentu akan mampu menemukan muara terbaiknya.

Sebuah pesan yang sangat membuka cara pandangku sebagai penulis pemula. Mempertanyakan tujuan sebenarku sebagai seorang yang menyukai dunia menulis. Mengingatkan pesan ayahku tentang makna hidup bagi seseorang bahwa usaha adalah ibadah. Sesuatu pekerjaan tanpa bermakna untuk Tuhan maka akan berakhir sia-sia.

Kutemukan semua benang merah itu. Di sini. Lembang Asri Bandung.


 

(c)2009 Mardiana Kappara . Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger